BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 20 November 2010

Mahasiswa, Ekonomi, dan Pengembangan UKM

“Jarang ada sarjana yang terlibat di dalam UKM, terutama dalam hal pembukuan. Padahal, tanpa ada pihak eksternal pun, UKM masih membutuhkan Akuntansi untuk pembayaran pajak.”

Tahukah anda, bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan usaha yang paling mampu bertahan ketika krisis ekonomi melanda tahun 1998?

Klasifikasi kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan bahwa usaha menengah adalah usaha yang aset per tahun mencapai 500 Jt – 10 M dengan omzet 2,5 M s/d 50 M. Sementara usaha kecil memiliki aset 50 juta s/d 500 juta dengan omzet 300 jt s/d 2,5 M per tahunnya. Usaha dengan omzet per tahun dan aset dibawah usaha kecil, disebut dengan usaha Mikro.

Sebagai penopang ekonomi masyarakat, UKM menjadi perhatian utama pemerintah. Tetapi, dukungan pemerintah terhadap pengembangan UKM bagi sebagian pengusaha di Tasikmalaya masih dirasa kurang. Kenyataannya, sulit bagi UKM mendapat pinjaman modal dari bank. Bunga yang dikenakan pun cukup besar yakni 18% per tahun, bandingkan dengan bunga bagi pengusaha besar yang hanya 10% per tahun karena jumlah pinjaman mereka lebih besar.

Masalah yang dihadapi UKM tak sebatas pendanaan, umumnya mereka lemah dalam standardisasi dan manajemen produksi yang membuat produksi tidak efisien sehingga harga jual menjadi lebih tinggi. Selain itu, mereka juga dihadapkan dengan masalah pembukuan modal yang tidak terstandar karena kebanyakan usaha dimulai dengan coba-coba tanpa adanya pengetahuan yang cukup tentang pasar, struktur organisasi, dan rencana usaha tertulis.

Belum selesai dengan urusan pendanaan dan manajemen produksi, keberadaan UKM di Indonesia mulai terancam oleh serbuan barang-barang murah produksi China. Hal ini semakin diperparah dengan ditandatangani perjanjian ACFTA (ASEAN and China Free Trade Agreement) yang semakin memudahkan para produsen dari China dan negara ASEAN lainnya untuk mengakses pasar di Indonesia dengan ketiadaan bea masuk dan tarif lainnya. Alhasil, produk tersebut akan semakin mendominasi permintaan pasar yang lebih menginginkan harga murah dibandingkan dengan produk lokal. Apalagi harga produk China yang awalnya memang murah sekali (meskipun kualitasnya jauh dibawah produk lokal), harga jualnya akan semakin turun dengan ketiadaan bea masuk. Sehingga ruang bagi pengusaha kecil dan menengah untuk meraih pembelinya menjadi lebih sempit, karena ruang jualan mereka direbut oleh produk-produk dari China.

Diantara kepungan produk China, perbankan dan pasar yang tidak kooperatif, dan masalah-masalah internal tersebut, apakah 51.261.909 UKM tersebut masih punya masa depan?

SAK-ETAP dan Solusi Masalah Internal UKM

Salah satu kekurangan utama UKM adalah sistem informasi akuntansi yang kurang memadai. Inilah yang menjadi akar masalah kesulitan UKM mengakses pinjaman perbankan, yaitu ketidaksesuaian laporan keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Perubahan PSAK yang akan mengadopsi penuh Standar Akuntansi Keuangan Internasional (IFRS) di tahun 2012 , tentunya akan semakin menyulitkan UKM menstandarkan laporan keuangannya, karena PSAK tersebut lebih kompleks dan ditujukan bagi perusahaan yang akan listing dipasar modal.

Agar sistem berjalan lebih mudah bagi UKM, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) membuat standar yang lebih sederhana dengan menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan (untuk) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP dapat digunakan oleh 51.261.909 UKM di Indonesia (yang tidak terdaftar di pasar modal) untuk membuat laporan keuangan, yang akan berguna untuk pihak eksternal, seperti kreditor atau investor. SAK-ETAP juga merupakan solusi permasalahan internal perusahaan, terutama bagi manajemen yang cepat puas dengan kondisi yang ada tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya.

Peran Mahasiswa dan Universitas dalam Pengembangan UKM

Faktanya, sulit bagi UKM untuk mengakses teknologi sistem informasi ini. Kondisi ini merupakan kesempatan bagi mahasiswa dan universitas untuk turut andil dalam pengembangan perekonomian daerah dengan mentransfer teknologi dan pengetahuan SAK-ETAP bagi usaha kecil dan menengah.

Pengetahuan mengenai SAK-ETAP dan standar akuntansi keuangan lainnya dapat menjadi peluang karir bagi mahasiswa, terutama didaerah yang memiliki banyak UKM tetapi belum terstandar dengan baik. Pengembangan UKM di mata mahasiswa seringkali terabaikan karena adanya kecenderungan rencana masa depan bekerja pada perusahaan bonafid di kota-kota besar. Padahal, jika UKM dan produknya bisa lebih stabil, efisien, dan terencana dengan baik, mereka bisa berada dalam posisi tawar yang lebih kuat di mata pasar lokal dan di tengah kepungan produk luar.

“UKM lah yang benar-benar menyelamatkan perekonomian akar rumput: membuat salah seorang penduduk mampu membeli odol, sabun, dan shampo, mampu melunasi PBB, dan mencegah para Ibu rumah tangga di Rajapolah beralih menjadi TKW ke Arab.”

Sumber:

- Rina Amalia Budiati Dan Almahira Az Zahra,

- http://mylearningissue.wordpress.com/2010/08/15/mahasiswa-ekonomi-dan-pengembangan-ukm/

0 komentar: